Friday, January 29, 2010

Late at Night at Charles Bridge

Kumee membuka mata dan memicingkan pandangan melawan semburat sinar matahari yang lembut memasuki jendela hotel. Kumee melirik jam di meja, 07.42. Disini dia berada, terbangun dari tidur, semalam badannya sangat letih dan kepalanya sangat pening karena tidak terbiasa dengan penerbangan belasan jam. Kumee mengangkat badannya dan duduk di samping tempat tidur. Sensasi di hatinya masih belum hilang, emosi yang mengaduk-aduk isi perutnya, membuat sudut bibirnya sedikit terangkat dan tersenyum. Kumee tak sabar menunggu hari ini, menyeberangi setengahnya bumi untuk menemui satu-satunya cinta yang pernah dia temukan dalam hidupnya.

---

Langit begitu cokelat kelabu dan indah, mata Kumee menerawang jauh, memandang menara Old Town Hall dari balik tirai. Dalam pesan Kato di telepon genggamnya yang baru saja diterima, dia sengaja memilih kamar dengan view ini, karena tahu pasti Kumee akan sangat menyukainya. Benar Kato, dalam benaknya. Kato selalu memahami betapa Kumee sangat terobsesi dengan arsitektur dan kota tempat Kato berada adalah open air museum architecture dunia.

Kumee membalikkan badan dan berjalan menuju gaun terusan hitam yang sudah rapi disetrika. Kulit putih yang membalut badan Kumee tampak kontras dengan warna gaun itu pada saat Kumee memasukkan kakinya satu persatu ke dalam gaun tersebut, meliukkan tangannya dan bahunya dan menutup restleting di samping kanan badannya. Rambut ikalnya dia biarkan terurai, botol parfum dia angkat dengan tangan kanan dan disemprotkannya di leher, tengkuk, belahan dada dan pergelangan tangannya. Kumee menarik kursi dan duduk menghadap cermin. Berharap Kato akan tetap menyukai penampilannya. Usianya tidak muda lagi, kerutan karena usia sudah terlihat, meskipun sebagian orang tidak akan menyangka bahwa umurnya sudah pertengahan 30, karena wajahnya yang mungil dan jiwanya yang selalu muda.

Kumee melihat di seberang cermin, air matanya menggelayut, hatinya bergetar dan perutnya melilit, satu jam lagi pertemuan itu, dia tidak bisa membedakan apakah itu ekpresi kebahagiaan bahwa kesedihannya selama ini akan berakhir ataukah emosi yang terlalu mengguncang, kesal dan sedih, kenapa baru kali ini Tuhan menghendaki semua ini terjadi, setelah sepuluh tahun menunggu.

---

Genggaman tangan Kato masih sangat lembut dan mendamaikan, pikir Kumee dalam hati. Walaupun justru waktu lebih banyak merubah penampilan Kato, tapi Kumee masih bisa melihat jiwa yang lama dari tatapan matanya yang dalam. Ubannya makin banyak menghiasi rambutnya yang mulai jarang, badannya yang cukup kekar dan tinggi kini sudah mulai dipengaruhi usia tapi tetap bisa memberi kenyamanan di hati Kumee. Sifatnya yang memang jarang bisa bicara membuat hati Kumee makin berdebar dan penasaran, apa yang ada dalam pikiran pria itu.

Jalan berbatu di Charles Bridge tampak lengang, udara sangat dingin sehingga Kato mulai merapatkan badannya dan memeluk lebih erat Kumee dengan sebelah tangannya. Tak banyak yang mereka katakan, semuanya hanya mereka rasakan sambil menikmati pemandangan bangunan-bangunan klasik di kejauhan Praha, deretan lampu-lampu cantik menghiasi jembatan dan megahnya bridge tower di ujung jembatan.

Kato menghentikan langkahnya dan meminta Kumee menemaninya menikmati pemandangan sungai Vltava. Senyuman manisnya masih seperti dulu, membuat lumer hati Kumee dan membuat Kumee menitikkan air mata.

"Lho? Kumee kenapaa ? ...

" Gapapa Kato, Kumee sedih aja ..."

" Ga pengen ada disini sama Kato yaa ? "

" Ga mungkin kaya gitu ..."

" Terus ...? Kenapa Kumee nangis ?"

" karena Kumee sayang Kato banget "

" Kumee, Kato sayang Kumee juga "

" Katoo, lupa yah ? Jangan pake juga "

" Iyaa Sayang, maafin. Kato sayang Kumee banget. Kumee, stay here sama Kato ya "

" Uhmm, Kato yakin ? "

" Uhmm, kalau Kumeenya mau "

" Selama ini pernah nolak Kato ga?"

" Engga pernah ..., jadi jawabannya mau ? "

Kumee mengangguk ...

" Makasih ya Kumee "

" Makasih juga ya Kato "

Kumee memeluk Kato dengan erat dan menyerah dalam balasan pelukan Kato yang lebih erat.



0 comments:

Post a Comment